KAPAL TUNDA (TUGBOAT) BELAYAR SELAMA 18 HARI DARI BELAWAN MENUJU PELABUHAN SUNDA KELAPA
Kapal tunda memiliki tenaga yang besar bila
dibandingkan dengan ukurannya. Kapal tunda zaman dulu menggunakan mesin uap,
saat ini menggunakan mesin diesel. Mesin Induk kapal tunda biasanya berkekuatan
antara 750 sampai 3000 tenaga kuda (500 s.d. 2000 kW), tetapi
kapal yang lebih besar (digunakan di laut lepas) dapat berkekuatan sampai 25
000 tenaga kuda (20 000 kW). Kebanyakan mesin yang digunakan sama dengan
mesin kereta api, tetapi di kapal menggerakkan baling-baling. Dan
untuk keselamatan biasanya digunakan minimum dua buah mesin induk.
Kapal tunda (tugboat)
ini merupakan milik perusahaan Pontianak. Kapal ini terdiri dari 8 kru, yang
berisi nahkoda, juru mudi, juru mesin, koki dsb. Biasanya para kru sebelum
berangkat sudah menyiapkan bahan makanan yang akan dibawa, seperti daging,
telur, beras, sayuran, dsb. Kapal ini terdiri dari ruang kemudi, dapur, kamar
tidur, dan mesin.
Kapal
ini biasanya akan bergerak jika ada panggilan untuk mengangkut barang atau yang
lainnya. “ya kapal ini bergerak jika ada muatannya, jika tidak ada, akan stand
by di tempat terakhir kapal ini berhenti” kata Pak Dahlan. Kapal ini tidak
hanya menetap di Jakarta, tempat pemberhentiannya tergantung dari orderan.
Kapal tunda ini mengangkut tiang listrik dari
Belawan menuju Sunda Kelapa selama 18
hari, “Kita dari Belawan 18 hari baru sampai sini, kalo dari Pontianak
menuju Jakarta kurang lebih 8 hari” tutur Pak Dahlan.
Bahan bakar kapal ini berupa
solar, sekitar 1 jam bisa menghabiskan 50 liter solar. “sekali jalan tergantung
seberapa jauh jaraknya, 1 jamnya 50 liter” ucap beliau.
Kecepatan kapal ini juga
bergantung kepada cuaca yang ada,kecepatan
kapal ini dari Belawan menuju Sunda Kelapa sebesar 4 knots setara dengan
7,408km/jam “kalau cuacanya tenang biasanya 4 knots, tapi kadang juga lawan
arus, kalo cuacanya seperti sekarang biasanya 2,5 knots” ujar Pak Dahlan. Kapal
ini akan berangkat lagi pada hari Senin atau Selasa menuju Pontianak.
Pak Dahlan sudah menempuh
kehidupan di laut selama 27 tahun lamanya, pertama kali beliau membawa tongkang
itu di Singapura, ‘saya disini baru 4 bulan, tetapi di laut saya sudah mulai
dari tahun 98, pertama kali ngangkat tongkang di Singapura, selama 2 tahun,
saat uang saya sudah terkumpul, saya mengambil pendidikan di Semarang” Kata Pak
Dahlan.
Menjadi kru kapal tidak bisa
sembarangan orang, harus menempuh pendidikan yang layak sesuai persyaratannya.
Menjadi pelaut bukanlah hal yang mudah, hanya orang-orang yang berani dan bertekad
kuat yang bisa menghadapi seramnya ombak laut, “hal yang paling seram ya, yang
pastinya ombak laut, karena kita terombang ambing ditengah laut, dan kapal ini
tidak boleh berhenti, bagaimanapun caranya kita harus melawan ombak tersebut.”
Tutup Pak Dahlan. Semoga kapal ini selamat sampai tujuan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar