Desa Suku Baduy Menjaga Keselarasan Tradisi dan Alam

 

Suku Badui alias Sunda Badui (Bahasa Suku BaduiUrang KanékésUrang Cibéo, atau kadang hanya sering disebut Badui, terkadang ditulis secara tidak baku sebagai Baduy) merupakan sekelompok masyarakat adat Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Populasi mereka sekitar 26.000 orang, mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Badui.

Disana tidak ada penerangan dan listrik pada saat malam hari, yang digunakan hanya senter dan lentera disetiap rumah, bahkan disana hanya ada satu kamar mandi umum yang digunakan untuk mandi bersama-sama dan ada juga yang mandi dikali, biasanya mereka mencuci pakaian di kali tanpa menggunakan detergen agar tidak mencemari lingkungan disana.

Secara umum rumah adat Badui memilki gaya bangunan seperti rumah panggung. Bahan yang bisa digunakan untuk bangunan rumah adat Badui adalah bambu. Rumah adat Badui merupakan simbol kesederhanaan dari masyarakatnya, bangunan rumahnya berbentuk empat persegi panjang yang mencakup teras, ruang tidur, dan ruang dapur. Bagian atap dari rumah adat Badui terdiri dari daun yang disebut dengan sulah nyanda. Nyanda memiliki makna bersandar dalam posisi tidak lurus namun agak merebah ke arah belakang. nyaman ini disusun dan dianyam secara vertikal yang dikenal dengan nama sarigsig.

Di Desa Baduy terdapat jembatan yang sudah banyak dikenal, yaitu jembatan bambu yang terletak di kp.gajeboh. Jembatan ini menghubungkan antara Baduy Luar dan Baduy Dalam. Jembatan gajeboh dibuat dengan tangan masyarakat Baduy, jembatan ini juga penghubung masyarakat baduy untuk ke lumbung padi.


Wanita Baduy diwajibkan untuk bisa menenun sebagai syarat untuk menikah, maka sedari kecil mereka sudah belajar menenun agar bisa menikah. Pakaian adat baduy luar merupakan pakaian kebaya berwarna gelap seperti biru navy atau hita dan kain khas baduy, pakaian mereka tidak ada satupun yang berwarna terang, sedangkan baduy dalam pakaian adatnya berwarna putih, itu lah yang membedakan baduy luar dan baduy dalam.

Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian, asam keranji, madu hutan, dan mereka juga menjual hasil tenun berupa kain, dan hasil anayaman berupa gelang yang mereka jual belikan ke turis yang datang ke sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pameran Flona kembali digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat

Permukiman kumuh Kampung Bandan

Selama 2 tahun berturut-turut Polytechnic Creative Festival diadakan di Polimedia Jakarta